PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING DALAM
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VI DI
MI NURUL HIDAYAH JURING TAHUN PELAJARAN
2012/2013
A.
LATAR BELAKANG
Harapan yang tidak pernah
sirna dari seorang guru yaitu bagaimana cara meningkat prestasi belajar sisawa,yaitu salah satuanya
menggunakan metode problem
solving.
Dalam keseluruhan proses
pendidikan di sekolah kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok.Ini berarti bahwa berhasil tidaknya
siswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan banyak tergantung
pada bagaimana proses belajar.
Untuk terjadinya interaksi
guru dan siswa dalam proses belajar mengajar diperlukan perencanaan proses yang
cukup mantap karena dengan sendirinya
keberhasilan belajar siswa akan ditentukan pula oleh perencanaan yang
dibuat guru.
Keberhasilan pendidikan akan
banyak ditentukan oleh keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yakni
keterpaduan antara kegiatan guru dan siswa. Kegiatan belajar mengajar tidak
dapat terlepas dari keseluruhan sistem pendidikan.
Prestasi belajar siswa,
merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam proses belajar
mengajar agar dapat mengetahui seberapa jauh penguasaan terhadap materi
pelajaran. Karena prestasi belajar siswa itu tolak ukur keberhasilan proses
belajar di sekolah.
Dan atas dasar hal itu akan
dapat disusun atau dibuat rencana
pengajaran yang tepat dan sesuai dengan kemampuan siswa.
Dengan demikian diharapkan
terjadinnya proses belajar mengajar yang dapat menjamin kemudahan – kemudahan belajar bagi siswa, sehingga
siswa dapat mengembangkan potensi dan meningkatkan kemampuan yang ada pada
dirinya sendiri.
Matematika adalah ilmu yang mempunyai objek berupa fakta, konsep
dan operasi serta prinsip. Kesemua objek tersebut harus dipahami secara benar
oleh siswa, karena materi tertentu dalam matematika bisa merupakan prasarat
untuk menguasai materi matematika yang lain, bahkan untuk pelajaran yang lain
seperti fisika, keuangan dan lain-lain.
Menurut Cornelius ada banyak alasan perlunya siswa belajar matematika,
diantaranya: a).Sarana berfikir logis, b)sarana untuk memecahkan masalah
kehidupan, c).sarana mengenal pola-pola dan generalisasi pengalaman, d).sarana untuk
mengembangkan kreatifitas, e).sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap
perkembangan budaya.[1]
Mengingat pentingnya peranan matematika bagi siswa, maka mata
pelajaran matematika di sekolah mendapatkan porsi lebih banyak dibandingkan
dengan mata pelajaran yang lainnya. Hasil survey di Madrasah Ibtidaiyah Nurul
Hidayah Juring tahun pelajaran 2012/2013 menunjukkan bahwa jumlah jam pelajaran untuk mata pelajaran
matematika adalah 7 jam pelajaran dalam satu minggu. Sedangkan jumlah jam
pelajaran untuk mata pelajaran yang lain
berkisar antara 2 hingga 3 jam pelajaran dalam satu minggu.
Pada penelitian ini penilaian lebih ditekankan hanya untuk prestasi belajar siswa. Indikasi pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika adalah agar siswa
mampu memecahkan masalah yang
dihadapi dalam kehidupannya. Dengan mempelajari matematika siswa selalu dihadapkan kepada masalah matematika yang terstruktur, sistematis dan logis yang dapat membiasakan siswa untuk
mengatasi masalah yang timbul secara mandiri dalam kehidupannya tanpa harus selalu meminta bantuan kepada
orang lain. Kemampuan pemecahan masalah
matematika pada siswa dapat diketahui melalui soal-soal yang berbentuk uraian, karena pada soal yang berbentuk
uraian kita dapat melihat langkah-langkah yang dilakukan siswa dalam
menyelesaikan suatu permasalahan, sehingga pemahaman siswa dalam
pemecahan masalah dapat terukur. Bentuk
lain soal pemecahan masalah yang
difokuskan pada penelitian ini adalah soal cerita. Berdasarkan buku-buku penunjang pelajaran matematika yang mengacu pada kurikulum, banyak dijumpai soal-soal yang berbentuk
soal cerita hampir pada setiap materi pokok.
B.
SASARAN
TINDAKAN
Sasaran dari penelitian yang
di lakukan adalah siswa kelas VI Madrasah Ibtida’iyah Nurul Hidayah Juring
ajaran 2012/2013. Dengan alasan sebagai berikut:
a. Meningkatkan
prestasi belajar siswa melalui metode problem solving pada mata pelajaran
Matematika
b. Permintaan
dari guru bidang studi matematika klas VI Madrasah Ibtida’iyah Nurul Hidayah
Juring
C. RUMUSAN MASALAH
Apakah penerapan metode problem solving dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika di kelas VI MI Nurul
Hidayah Juring Tahun Pelajaran 2012/2013.
D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adlah untuk mengetahui Apakah penerapan
metode problem solving dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran Matematika di kelas VI MI Nurul Hidayah Juring Tahun Pelajaran
2012/2013.
E. MANFAAT PENELITIAN
Setelah penelitian ini selesai diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi guru dan siswa.
1. Manfaat Teoritis
Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi kepada pembelajaran Matematika utamanya terkait
peningkatan prestasi belajar matematika siswa. Sedangkan secara khusus,
penelitian ini memberikan sumbangan pada strategi pembelajaran matematika yang
hanya sekedar menghafal rumus ke pembelajaran yang lebih bermakna, yaitu siswa
mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka dengan memberdayakan
siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Manfaat Praktis
1.
Manfaat bagi siswa, yaitu:
a.
Dengan diterapkannya metode problem solving
diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam menyelesaikan soal
pemecahan masalah.
b.
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif diharapkan
dapat mengembangkan rasa kebersamaan dan kerjasama siswa dengan siswa lain.
c.
Siswa lebih tertantang pada
persoalan-persoalan matematika.
2.
Manfaat bagi peneliti, yaitu:
a.
Sebagai motivasi untuk meningkatkan
keterampilan memilih strategi pembelajaran bervariasi yang dapat memperbaiki
sistem pembelajaran sehingga memberikan layanan terbaik bagi siswa.
b.
Guru semakin mantap dalam mempersiapkan diri
dalam proses pembelajaran.
F. KAJIAN PUSTAKA
Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah dan
cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan
juga metode adalah prosedur pembelajaran yang difokusakan ke pencapaian tujuan.[2]
Metode problem solvinf ( metode pemechan masalah ) dapat diartikan
sebagai :
1. Tujuan ( Gol ). Sebagai tujuan, problem
solving adalah target akhir dalam suatu pembelajaran matematika, dalam arti
dengan mempelajari matematika maka kita dapat menyelesaikan berbagai masalah
dengan lebih bijak, sistematis, efektif, dan efisien.
2. Proses ( Process ). Sebgai proses, problem
solving diartikan sebagai proses yang bias ditempuh untuk menyelesaikan masalah
atau soal dalam matematika dengan lebih sistematis dan akuarat.
3. Kemampuan dasar ( Basic ). Sebagai kemampuan
problem solving diartikan sebgai kemampuan dasr karena inilah dasar yang harus
dikuasai oleh kita sebagai pemechan masalah, baik itu masalah atau soal dalam
matematika maupun maslah dalam kehiduapan sehari-hari. Oleh sebab itu, problem
solving adlah metode yang harus dikenal oleh setiap orang untuk dapat
menyelesaikan maslah atau soal matematika dengan lebih sistematis, terukur, dan
efisien.[3]
Ada 4 (
empat ) langkah bagaimana metode problem solving bekerja yaitu :
a. Apa maslahnya ? What’s thr problem ?
Kita
harus tau dengan pasti apa dan bagaimana soal tersebut, maka sebaiknya kita
mengenal dan memahami setiap kata yang dikandung dalam soal tersebut, sehingga
kita mengerti apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.
b. Apa rencananya ? What the plan ?
Setelah
kita memahami yang diketahui dan apa yang ditanyakan, maka mulailah kita
menetapkan beberapa pilihan cara menyelesaikan (Strategi). Strategi bukanlah
suatu solusi atau jawaban melainkan suatu jalan atau metode atau proses untuk
menyelesaikan maslah sehingga kita dapat menemukan solusi atau jawaban dari
maslah yang ada.
c. Selesaikan masalah tersebut ! Try it out !
Coba
selesaikan soal tersebut dengan solusi terbaik yang telah kita pilih. Jika kita
berhasil menemukan solusi atau jawabannya, maka selesailah.
d. Bagaimana hasilnya ? How did I do ?
Jika
strategi terbaik kita tidak berhasil atau tidak menemukan jawabannya, periksa kembali
urutan strategi dan periksa perhitungnnya, salah menghitung adalah hal
sederhana yang berakibat fatal jika tidak ditemukan kesalahannya, kembalilah
kedaftar strategi, kemudian pilihlah atrategi lain lau coba kita kerjakan
dengan strategi tersebut.
Metode
problem solving sebaiknya diberikan sejak dini. Untuk kasus soal-soal olimpiade
dapat diberikan di keals 3 SD/MI tentunya dengan porsi yang sesuai, dengan
harapan siswa dapat menggunakan semua kemampuan logika dan nalarnya sejak dini
dalam mengerjakan dan me nyelesaikan permaslahan atau soal matematika.[4]
Dalam problem solving penggunaan rumus ditempatkan pada urutan
terakhir dari strategi-strategi lainnya. Sehingga kita dituntun untuk dapat
menyelesaikan soal menggunakan logika berfikir sederhana maupun kompleks dengan
hanya menggunakan operasi bilangan sederhana dan rumus-rumus dasar. Beberapa
strategi yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah dengan problem solving
adalah :
1. Terka dan uji ( Guess and Check )
Strategi
terka dan uji adalah strategi yang paling sederhana karena proses yang
dilakukan biasanya dilakukan di dalam pikiran saja dengan kecepatan, ketepatan
berfikir, dan berhitung, sehingga beberapa tidak diperlukan proses mengotret
atau menggambar.
2. Membuat gambar ( Draw a Picture )
3. Strategi membuat gambar adalah strategi yang
sangat efektif bagi kita untuk dapat menggambarkan situasi soal dengan
keyakinan yang besar terhadap kebenaran jawaban yang kita dapatkan.
4. Membuat table ( Making Tabel )
Strategi
membuat table adalah suatu strategi yang biasa digunakan untuk menunjukkan
beberapa karakteristik yang mungkin muncul sekaligus bias digunakan sebagai
bahan melihat pola yang terjadi.
5. Mencari pola ( Look For a Patern )
Dalam
soal atau masalah matematika sering ditemui suatu pola tertentu, sehingga dapat
membantu kita dalam menyelesaikan soal yang dimaksud, strategi mencari pola ini
biasanya digunakan untuk mencari jawaban terhadap soal yang hamper tidak
mungkin dihitung secara manual. Pola dapat dianggap benar jika pola tersebut
mewakili sebagian dan dapat digunakan digunakan untuk mencari urutan
selanjutnya.
6. Menyederhanakan soal ( Simpler Problem )
Strategi
menyederhanakan soal adalah strategi yang paling kompleks karena, kita harus
sudah dan paham dengan strategi pemechan masalah yang lainnya.
7. Bekerja mundur ( Works Backwards )
Strategi
kerja mundur adalah strategi menemukan jawaban yang dimulai dari apa yang
diketahui, seperti kesimpulan atau jawaban akhir dari sebuah persamaan.
Biasanya soal yang dapat diselseaikan dengan strategi ini adalah soal yang
diketahui jawabannya, dan menanyakan darimana soal itu berasal.[5]
Kelebihan metode problem solving dapat diidentifikasikan sebagai
berikut :
1.
Metode
pemecahan masalah memungkinkan menghubungkan pengajaran dengan kehidupan
sehari-hari, karena masalah-masalah yang diangkat dalam kegiatan belajar bias
diambil dari kehidupan sehari-hari, atau dari apa yang dialaminya.
2.
Metode
ini dapat merangsang kemampuan intelektual dan daya pikir peserta didik, karena
dalam berfikir menggunakan problem solving mereka menyoroti permasalahan dari
berbagai segi
3.
Metode
ini dapat melatih dan membiasakan peserta didik untuk menghadapi dan memecahkan
masalah secara cermat
4.
Metode
ini mampu melatih peserta didik untuk berfikir secara sistematis dan
menghubungkannya dengan masalah-maslah lainnya.
Kekurangan metode problem
solving dapat dikemukakan sebagai berikut :
1.
Dengan
metode ini sulit untuk menentukan masalah yang sesuai dengan daya fikir setiap
peserta didik
2.
Metode
ini memerlukan waktu yang cukup panjang kalau dilaksanakan sesuai dengan
langkah-langkah sistematis
3.
Seringkali
peserta didik tidak dapat menyelesaikan maslahnya sendiri, atau bahkan mereka
tidak atau kurang percaya terhadap pemechan masalah yang telah dilakukannya,
sehingga mereka menuntut keterlibatan guru
4.
Masalah
yang dijadikan topik dalam pengajaran sering dibuat-buat oleh guru, sehingga
pengajaran menjadi kurang kondusif dan kurang menarik
5.
Dalam
proses pemechan masalah, guru sering menuntut peserta didik unutuk memecahkan
maslah sesuai dengan yang dilakukannya, atau sudah terpola sehingga
membosankan.[6]
Matematika adalah model atau penggambaran dari dunia nyata.
Penggambaran suatu masalah dapat disajikan baik secara tulisan maupun lisan,
dan salah satunya adalah dengan menggambarkan objek soal.[7]
Matematika
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan,
eksplorasi, dan eksperimen. Selain itu matematika juga berfungsi sebagai alat
pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika serta sebgai alat
komunikasi melalui symbol, label, grafik, dan diagram dalam menjelaskan
gagasan.[8]
Adapun tujuan pembelajaran matematika adalah melatih cara berfikir
sistematis, logis, kreatif, dan konsisten.[9]
Kemampuan matematika yang dipilih dalam standar kompetensi mata
pelajaran mateamtika di Madrasah Ibtidaiyah dirancang sesuai dengan
memerhatikan perkembangan pendidikan matematika di dunia sekarang ini. Untuk
mencapai kompetensi tersebut dipilih materi-materi matematika dengan
memerhatikan struktur keilmuan, tingkat kedalaman materi serta sifat esensial
materi dengan keterpakaiannya dalam kehidupan sehari-hari. Standar kompetensi
tersebut adalah bilanagn, pengukuran dan geometri, serta pengelolaaan data.[10]
Pengertian
Prestasi Belajar Definisi Menurut Para Ahli - Prestasi belajar adalah serangkaian kalimat yang terdiri dari dua
kata, yaitu prestasi dan belajar, dimana kedua kata tersebut saling berkaitan
dan diantara keduanya mempunyai pengertian yang berbeda. Oleh sebab itu,
sebelum mengulas lebih dalam tentang prestasi belajar, terlebih dahulu kita
telusuri kata tersebut satu persatu untuk mengetahui apa pengertian prestasi
belajar itu. Menurut Djamarah prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang
telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok.[11]
Prestasi itu tidak mungkin
diacapai atau dihasilkan oleh seseorang selama ia tidak melakukan kegiatan
dengan sungguh-sungguh atau dengan perjuangan yang gigih. Dalam kenyataannya
untuk mendapatkan prestasi tidak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi
harus penuh perjuangan dan berbagai rintangan dan hambatan yang harus dihadapi
untuk mencapainya. Hanya dengan keuletan, kegigihan dan optimisme prestasi itu
dapat tercapai.
Para
ahli memberikan interpretasi yang berbeda tentang prestasi belajar,
sesuai dari sudut pandang mana mereka menyorotinya. Namun secara umum mereka
sepakat bahwa prestasi belajar adalah “hasil” dari suatu kegiatan Wjs.
Poerwadarminta berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai
(dilakuakan, dikerjakan dan sebagainnya), sedangkan menurut Mas’ud Hasan Abdul
Qohar berpendapat bahwa prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil
pekerjaan yang menyenangkan hati yang memperolehnya dengan jalan keuletan,
sementara Nasrun Harahap mengemukakan bahwa prestasi adalah penilaian
pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan
penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang
terdapat dalam kurikulum. Dari beberapa definisi diatas, dapat diambil
kesimpulan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah
dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang memperoleh dengan jalan
keuletan kerja, baik secara individu maupun kelompok dalam bidang tertentu.[12]
Sementara belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri
seseorang berkat pengalaman dan pelatihan, dimana penyaluran dan pelatihan itu
terjadi melalui interaksi antara individu dan lingkungannya, baik lingkungan
alamiah maupun limgkungan social.[13]
Menurut Sardiman A.M belajar sebagai rangkaian kegiatan jiwa-raga,
psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut
unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.[14]
Menurut Gagne belajar adalah seperangkat proses kognitif yang
merubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan tentang informasi
menjadi kapabilitas baru.[15]
Faktor-faktor yang menghambat prestasi
belajar siswa:
Menurut Kartono Kartini dalam Tulus Tu’u (2004:83), faktor-faktor
yang menghambat prestasi belajar siswa antara lain :
a.
Penghambat dari dalam
Penghambat
dari dalam meliputi :
1. Faktor
kesehatan
Siswa yang kesehatannya sering terganggu
menyebabkan anak tertinggal pelajarannya. Karena itu, orang tua harus
memperhatikan kesehatan anak-anaknya dengan makanan yang bergizi.
2. Faktor
kecerdasan
Siswa dengan kecerdasan yang kurang
menyebabkan siswa tersebut lambat dan akan tertinggal dari teman-temannya.
Hasil yang dicapai tidak optimal. Selain itu, kecerdasan sangat mempengaruhi
cepat lambatnya kemajuan belajar siswa.
3. Faktor
perhatian
Perhatian disini terdiri dari perhatian di
sekolah dan di rumah. Perhatian belajar di rumah sering terganggu dengan acara
televisi, kondisi keluarga dan rumah sedangkan perhatian belajar disekolah
sering terganggu dengan suasana pembelajaran,serta kurangnya konsentrasi.
Perhatian yang kurang memadai akan berdampak kurang baik terhadap hasil
belajar.
4. Faktor
minat
Minat merupakan kecenderunagn yang tinggi
terhadap sesuatu. Apabila pembelajaran yang dikembangkan guru tidak
menimbulkan minat, akan membuat siswa tidak sungguh-sungguh dalam belajar
sehingga hasil belajar yang dicapai tidak optimal.
5. Faktor
bakat
Bakat adalah potensi-potensi yang dimiliki
seseorang yang dibawa sejak lahir. Apabila pelajaran yang diikuti tidak sesuai
dengan bakat yang dimiliki, prestasi belajar yang dicapai tidak optimal.
b.
Penghambat dari luar
Penghambat
dari luar meliputi :
1. Faktor
keluarga
Faktor-faktor tersebut berupa faktor orang tua
misalnya cara orang tua mendididk yang kurang baik, teladan yang kurang, faktor
suasana rumah yang ramai an sering cekcok; faktor ekonomi keluarga.
2. Faktor
sekolah
Faktor sekolah terdiri dari faktor metode pembelajaran,
misalnya metode yang kurang variatif dan membosankan siswa; faktor hubungan
antara guru dan siswa yang kurang dekat, faktor siswa, faktor guru yang kurang
pengguasaan terhadap materi, faktor sarana di sekolah seperti buku-buku yang
kurang, lingkungan yang ramai. Semua itu mengganggu siswa mencapai prestasi
yang baik.
3. Faktor
disiplin sekolah
Disiplin sekolah yang tidak ditegakkan dengan
baik akan berpengaruh negatif terhadap proses belajar anak. Misalnya siswa yang
terlambat dibiarkan saja tanpa adanya hukuman.
4. Faktor
masyarakat
Faktor media massa seperti acara televisi yang
mengganggu waktu belajar, faktor teman bergaul yang kurang baik, merupakan
faktor yang paling banyak memepengaruhi prestasi dan perilaku siswa.
5. Faktor
lingkungan tetangga
Misalnya tetangga yang pengangguran, pencuri,
penjudi, peminum merupakan lingkungan yang dapat bergaul terhadap hasil belajar
siswa.
6. Faktor
aktivitas organisasi
Jika siswa mempunyai banyak aktivitas
organisasi selain menunjang hasil belajar, dapat juga menganggu hasil belajar
jika tidak dapat menggatur waktu dengan baik.[16]
G. METODE PENELITIAN
1.
Setting
Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MI Nurul Hidayah Juring,
dengan melihat dan mengamati proses belajar dengan menggunakan metode problem solving.
4. Sasaran Penelitian
Sasaran
penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu minimal siswa mencapai standar ketuntasan yang telah
ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
5. Rencana Tindakan
Prosedur penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini
terdiri atas beberapa siklus. Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan
pembelajaran yang ingin dicapai. Adapun tahapan siklus sebagai berikut :
1.
Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, hal-hal yang dilakukan oleh
peneliti adalah:
a. Berdiskusi dengan guru
bidang studi matematika tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan
bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan.
b. Menentukan pengajar dan observer selama
penelitian tindakan kelas berlangsung
c. Menjadwalkan pelaksanaan penelitian tindakan
kelas.
d.
Menyusun perangkat pembelajaran ( skenario
pembelajaran, lembar kerja siswa (LKS), pedoman observasi, indikator ketercapaian hasil penelitian, tes
akhir siklus dan kunci jawaban )
2.
Pelaksanaan
Tindakan
Pada tahap ini skenario pembelajaran diterapkan.
3.
Observasi
Kegiatan
observasi dilakukan secara kontinue setiap kali pembelajaran berlangsung dalam
pelaksanaan tindakan dengan mengamati kegiatan siswa dan guru dengan memakai
pedoman observasi.
4.
Refleksi
Pada tahap ini, hal-hal yang
dilakukan adalah
a.
Refleksi
terhadap pelaksanaan tindakan, sesuai atau tidak pelaksanaan tindakan dengan
skenario pembelajaran yang telah disusun, meliputi kegiatan membuka pelajaran,
menjelaskan pelajaran dan menutup pelajaran.
b.
Refleksi terhadap sumber dan media yang
digunakan. Dalam hal ini berupa LKS dan
pedoman observasi.
c.
Refleksi
terhadap hasil evaluasi
H.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1.
Metode
Dokumentasi
Metode ini dilakukan dengan
mengambil dokumen/ data-data yang mendukung penelitian meliputi data tentang
nilai siswa, dan sebagainya.
2.
Metode Observasi
Pedoman observasi ini terdiri dari
pedoman observasi kegiatan siswa karena yang menjadi fokus penelitian adalah
meningkatkan hasil belajar siswa. Pada pedoman observasi
termuat sejumlah aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran.
Pedoman Observasi
Aktivitas Belajar Siswa
Teknik Penilaian:
Skor 4 diberikan jika 3 deskriptor Nampak
Skor 3 diberikan jika 2 deskriptor Nampak
Skor 2 diberikan jika 1 deskriptor Nampak
Skor 1 diberikan jika semua descriptor tidak Nampak
INDIKATOR
|
DESKRIPTOR
|
KET
|
A.
Penggunaan Model Diskusi kelompok
|
1. Siswa menunjukkan pengalaman belajar
|
|
2.Siswa mampu bekerjasama dengan kelompoknya masing-masing
3. Siswa mampu mempertanggungjawabkan hasil diskusi kelompoknya
masing-masing
|
|
|
B.
Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
|
1. Siswa memperhatikan pelajaran dengan
seksama selama proses belajar mengajar berlangsung
|
|
2.Siswa tidak mengerjakan
pekerjaan lain
|
|
|
3.Siswa tidak ragu-ragu dalam merespon
|
|
|
C.
Respon
dalam pembelajaran
|
1.
Siswa
mengajukan pertanyaan yang dianggap belum jelas
|
|
2. Siswa berusaha menjawab
dengan benar pertanyaan guru
|
|
|
3.
Siswa
mengemukakan pendapat pada guru
|
|
|
D. Aktivitas Siswa dalam diskusi Kelompok
|
1.
Setiap siswa dalam kelompok berusaha mengemukakan pendapatnya masing-masing
|
|
2.
Masing-masing siswa dalam kelompok berusaha menanggapi pendapat dari teman kelompoknya
|
|
|
3. Semua siswa saling membantu memperbaiki
kesalahan jawaban teman kelompoknya
|
|
3.
Metode
Tes
Tes adalah suatu cara untuk mengadakan
penilaian berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan
oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang
tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai
yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan[17]
Pada penelitian ini menggunakan tes uraian yang diberikan sebagai
evaluasi hasil belajar siswa dan untuk mengetahui sejauh mana daya ingat siswa
dalam mengingat materi Pecahan. Tes uraian adalah suatu bentuk tes yang terdiri
dari suatu pertanyaan atau suatu suruhan yang menghendaki jawaban berupa
uraian-uraian yang relative panjang.[18]
I.
TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik analisis data adalah suatu cara yang digunakan dalam pengolahan
data yang telah terhimpun dari berbagai penelitian sehingga diperoleh
informasi-informasi yang berdaya guna. Karena yang diperoleh melalui instrumen
masih berupa data mentah, maka untuk menganalisis peneliti menggunakan data
hasil observasi dan data daya ingat siswa dalam hal ini menggunakan standar
ketuntasan belajar siswa.
1.
Data
Hasil Observasi
Menghitung skor aktivitas
belajar siswa diolah dengan rumus :
A =
Keterangan
A : Skor
rata-rata aktivitas siswa
: Jumlah skor
aktivitas siswa
n :
Jumlah siswa
I :
Banyaknya item[19]
Kriteria aktivitas belajar siswa sebagai berikut :
® Sangat Aktif
MI+0,5 SDI £ A < MI+1.5 SDI ® Aktif
MI-0,5 SDI £ A < MI+1.5 SDI ® Cukup Aktif
MI-0,5 SDI £ A < MI-1.5 SDI ® Kurang Aktif
A<MI-1.5 SDI ® Sangat Kurang Aktif
2. Menentukan MI dan SDI
Untuk
aktivitas siswa skor maksimal adalah 4
dan skor minimal adalah 1
MI = (skor maksimal + skor minimum)
SDI = (skor maksimum-skor minimum)
Keterangan :
MI : Mean
ideal
SDI : Standar
Deviasi Ideal
Tabel 3
Pedoman Skor Standar Aktivitas Belajar Siswa
Interval
|
Kategori
|
2,66
1.99
A
|
Sangat aktif
Aktif
Cukup aktif
Kurang aktif
Sangat kurang aktif
|
3. Data Hasil Tes
Untuk mengetahui peningkatan daya ingat siswa,
menggunakan analisa statistic sederhana, yaitu dengan analisa deskriptif.
Analisis deskriptif adalah model analisa dengan cara membandingkan rata-rata
persentasenya, kemudian kenaikan rata-rata pada setiap siklus. Peningkatan daya
ingat siswa diukur dengan menggunakan ketuntasan belajar siswa. Disini yang
dianalisa yaitu tentang hasil evaluasi akhir pada setiap siklus.
Dari hasil evaluasi akhir tersebut, dapat ditafsirkan
tentang ketuntasan belajar siswa. Dalam penelitian ini untuk ketuntasan belajar
siswa perorangan maupun klasikal digunakan pedoman ketuntasan siswa sebagai
berikut :
4. Ketuntasan Perorangan
Seorang siswa dikatakan berhasil (mencapai ketuntasan)
belajar bila telah mencapai tarap penguasaan minimal 60% atau dengan nilai 60.
Bagi siswa yang taraf penguasaannya kurang dari 60% diberikan remidi pada pokok
bahasan yang belum dikuasai, sedangkan bagi siswa yang telah mencapai
penguasaan 60% atau lebih dapat melanjutkan
ke pokok bahasan berikutnya.
5. Ketuntasan Klasikal
Suatu kelas dikatakan telah berhasil
( mencapai ketuntasan belajar ) jika paling sedikit 85% data jumlah siswa dalam
kelas tersebut telah mencapai ketuntasan perorangan dengan ketuntasan sebagai
berikut :
a. Apabila sudah terdapat
85% dari jumlah siswa keseluruhan dalam kelas yang mencapai tingkat ketuntasan
belajar maka kelas tersebut dapat melanjutkan kegiatan pada satuan pembelajaran
berikutnya.
b. Apabila jumlah siswa yang
mencapai tingkat ketuntasan belajar masih kurang dari 85% maka
1) Siswa yang taraf penguasaannya kurang dari 60%
harus diberi program perbaikan mengenai bagian-bagian pelajaran yang belum
dikuasai
2) Siswa yang telah mencapai taraf penguasaanya
60% atau lebih dapat diberikan program pengayaan.[20]
c. Untuk mengetahui persentase
keberhasilan tindakan kelas adalah sebagai berikut :
Keterangan :
P :
persentase ketuntasan klasikal
R :
jumlah siswa yang mendapat
T :
jumlah siswa
Patokan untuk menyatakan bahwa siswa
mempunyai daya serap tinggi dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Sudent Team
Achievement Division adalah siswa mempunyai daya ingat atau mencapai standar ketuntasan t adalah
minimal 85% yang nilainya dan jika maka belajar
belum dikatakan tuntas atau belum meningkatnya daya serap siswa.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Irzani.
Pembelajaran Matematika Panduan Praktis
Untuk Pengajar SD dan MI. Banguntapan Bantul Yokyakarta:Mandiri Graffindo
Press,2010.
2.
Tabrani
Rusyan. Cara pembelajaran matematika seri
I. Semarang:PT Bengawan Ilmu,2008
3.
Tabrani
Rusyan. Cara pembelajaran matematika seri
II. Semarang:PT Bengawan Ilmu,2008
4.
Djamarah. Prestasi
Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya : Usaha Nasional. 1994
5.
Hadian.
Cerdas olimpiade matematika 1 tingkat
SD/MI. Surabaya : Al Maktabah,2008
6.
Hamalik.
Manajemen Belajar di Perguruan Tinggi.Bandung : Sinar Baru,1991
7.
Sardiman.
Interaksi dan Motivasi Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada,1994
8.
Nurkencana dan Sumartono. Belajar dan
Faktor- faktor yang Mempengaruhinya Surabaya: Usaha Nasional, 1990
[1] Cornelius dalam Remiati ,”Pengaruh
Kemampuan Menentukan Faktor Bilangan BulatTerhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal
Aljabar Bentuk Akar Pada Siswi Kelas X MA Putri NW Narmada Tahun 2008/2009”
(Skripsi, IAIN Mataram, 2007 ),h.1
[2] Irzani,Pembelajaran Matematika (Banguntapan
Bantul Yogyakarta:Mandiri Graffindo Press,2010),h.7
[3] Hadian,Cerda Olimpiade Matematika Buku 1(Surabaya:Al-Maktabah,2008),h.3
[4] Ibid.h.4
[5] Ibid.h.8
[6] Tabrani Rusyan,CaraPembelajaran Matematika Seri 2(Semarang:PT.Bengawan
ilmu,2008),h.5
[7] Ibin. h.20.
[8] Tabrani Rusyan,Cara Pembelajaran Matematika Seri 1 (Semarang:PT.Bengawan
Ilmu,2008),h.5
[9] Ibid.h.5
[10] Ibid,h.9
[13] Hamalik. Manajemen Belajar di Perguruan Tinggi.(Bandung
: Sinar Baru.1991).h.16
[14] Sardiman. Interaksi dan Motivasi Mengajar.(Jakarta
: Raja Grafindo Persada.1994), h. 22-23
[15] (Dimyati
dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta. 1999 Hlm 10)
[16] Tu’u,Tulus.Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi
Siswa.(Jakarta:Rineka Cipta.2004).h.83
[17] Nurkencana dan
Sumartono. Belajar dan Faktor- faktor yang Mempengaruhinya (Surabaya:
Usaha Nasional, 1990) h. 54
[18] Ibid.h. 48
[19] Juliana,” Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Dua Tinggal Dua Tamu dalam Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Pokok Bahasan
Faktorisasi Suku Aljabar Siswa Kelas VIII SMPN I Pringgabaya Lombok Timur Tahun
Pelajaran 2006/2007”( Skirpsi IAIN Mataram, 2007), h.20
[20] file://localhost/C:/Documents
and Settings/user/Documents/hasil ngenet/Official Website SMA Negeri Blitar PTK
Matematika SMA BAB 3.mht