Kamis, 06 Juni 2013

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VI DI MI NURUL HIDAYAH JURING TAHUN PELAJARAN 2012/2013





PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VI DI MI NURUL HIDAYAH JURING TAHUN PELAJARAN 
                                                        2012/2013


 A.    LATAR BELAKANG
Harapan yang tidak pernah sirna dari seorang guru yaitu bagaimana cara meningkat prestasi belajar sisawa,yaitu salah satuanya menggunakan metode problem solving.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok.Ini berarti bahwa berhasil tidaknya siswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan banyak tergantung pada bagaimana proses belajar.
Untuk terjadinya interaksi guru dan siswa dalam proses belajar mengajar diperlukan perencanaan proses yang cukup mantap karena dengan sendirinya  keberhasilan belajar siswa akan ditentukan pula oleh perencanaan yang dibuat guru.
Keberhasilan pendidikan akan banyak ditentukan oleh keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yakni keterpaduan antara kegiatan guru dan siswa. Kegiatan belajar mengajar tidak dapat terlepas dari keseluruhan sistem pendidikan.
Prestasi belajar siswa, merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam proses belajar mengajar agar dapat mengetahui seberapa jauh penguasaan terhadap materi pelajaran. Karena prestasi belajar siswa itu tolak ukur keberhasilan proses belajar di sekolah.
Dan atas dasar hal itu akan dapat disusun atau dibuat rencana  pengajaran yang tepat dan sesuai dengan kemampuan siswa.
Dengan demikian diharapkan terjadinnya proses belajar mengajar yang dapat menjamin kemudahan – kemudahan belajar bagi siswa, sehingga siswa dapat mengembangkan potensi dan meningkatkan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri.
Matematika adalah ilmu yang mempunyai objek berupa fakta, konsep dan operasi serta prinsip. Kesemua objek tersebut harus dipahami secara benar oleh siswa, karena materi tertentu dalam matematika bisa merupakan prasarat untuk menguasai materi matematika yang lain, bahkan untuk pelajaran yang lain seperti fisika, keuangan dan lain-lain.
Menurut Cornelius ada banyak alasan  perlunya siswa belajar matematika, diantaranya: a).Sarana berfikir logis, b)sarana untuk memecahkan masalah kehidupan, c).sarana mengenal pola-pola dan generalisasi pengalaman, d).sarana untuk mengembangkan kreatifitas, e).sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.[1]
Mengingat pentingnya peranan matematika bagi siswa, maka mata pelajaran matematika di sekolah mendapatkan porsi lebih banyak dibandingkan dengan mata pelajaran yang lainnya. Hasil survey di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah Juring tahun pelajaran 2012/2013 menunjukkan bahwa jumlah jam pelajaran untuk mata pelajaran matematika adalah 7 jam pelajaran dalam satu minggu. Sedangkan jumlah jam pelajaran  untuk mata pelajaran yang lain berkisar antara 2 hingga 3 jam pelajaran dalam satu minggu.
Pada penelitian ini penilaian lebih ditekankan hanya untuk prestasi belajar siswa. Indikasi pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika adalah agar siswa mampu memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Dengan mempelajari matematika siswa selalu dihadapkan kepada masalah matematika yang terstruktur, sistematis dan logis yang dapat membiasakan siswa untuk mengatasi masalah yang timbul secara mandiri dalam kehidupannya tanpa harus selalu meminta bantuan kepada orang lain. Kemampuan pemecahan masalah matematika pada siswa dapat diketahui melalui soal-soal yang berbentuk uraian, karena pada soal yang berbentuk uraian kita dapat melihat langkah-langkah yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan, sehingga pemahaman siswa dalam pemecahan masalah dapat terukur. Bentuk lain soal pemecahan masalah yang difokuskan pada penelitian ini adalah soal cerita. Berdasarkan buku-buku penunjang pelajaran matematika yang mengacu pada kurikulum, banyak dijumpai soal-soal yang berbentuk soal cerita hampir pada setiap materi pokok.


B.     SASARAN TINDAKAN
Sasaran dari penelitian yang di lakukan adalah siswa kelas VI Madrasah Ibtida’iyah Nurul Hidayah Juring ajaran 2012/2013. Dengan alasan sebagai berikut:
a.       Meningkatkan prestasi belajar siswa melalui metode problem solving pada mata pelajaran Matematika
b.      Permintaan dari guru bidang studi matematika klas VI Madrasah Ibtida’iyah Nurul Hidayah Juring
C.    RUMUSAN MASALAH
Apakah penerapan metode problem solving dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika di kelas VI MI Nurul Hidayah Juring Tahun Pelajaran 2012/2013.
D.    TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adlah untuk mengetahui Apakah penerapan metode problem solving dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika di kelas VI MI Nurul Hidayah Juring Tahun Pelajaran 2012/2013.
E.     MANFAAT PENELITIAN
Setelah penelitian ini selesai diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru dan siswa.
1.      Manfaat Teoritis
Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pembelajaran Matematika utamanya terkait peningkatan prestasi belajar matematika siswa. Sedangkan secara khusus, penelitian ini memberikan sumbangan pada strategi pembelajaran matematika yang hanya sekedar menghafal rumus ke pembelajaran yang lebih bermakna, yaitu siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka dengan memberdayakan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
2.      Manfaat Praktis
1. Manfaat bagi siswa, yaitu:
                               a.            Dengan diterapkannya metode problem solving diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah.
                              b.            Pelaksanaan pembelajaran kooperatif diharapkan dapat mengembangkan rasa kebersamaan dan kerjasama siswa dengan siswa lain.
                               c.            Siswa lebih tertantang pada persoalan-persoalan matematika.
2. Manfaat bagi peneliti, yaitu:
                               a.            Sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan memilih strategi pembelajaran bervariasi yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran sehingga memberikan layanan terbaik bagi siswa.
                              b.            Guru semakin mantap dalam mempersiapkan diri dalam proses pembelajaran.



F.     KAJIAN PUSTAKA
Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan juga metode adalah prosedur pembelajaran yang difokusakan ke pencapaian tujuan.[2]
Metode problem solvinf ( metode pemechan masalah ) dapat diartikan sebagai :
1.    Tujuan ( Gol ). Sebagai tujuan, problem solving adalah target akhir dalam suatu pembelajaran matematika, dalam arti dengan mempelajari matematika maka kita dapat menyelesaikan berbagai masalah dengan lebih bijak, sistematis, efektif, dan efisien.
2.    Proses ( Process ). Sebgai proses, problem solving diartikan sebagai proses yang bias ditempuh untuk menyelesaikan masalah atau soal dalam matematika dengan lebih sistematis dan akuarat.
3.    Kemampuan dasar ( Basic ). Sebagai kemampuan problem solving diartikan sebgai kemampuan dasr karena inilah dasar yang harus dikuasai oleh kita sebagai pemechan masalah, baik itu masalah atau soal dalam matematika maupun maslah dalam kehiduapan sehari-hari. Oleh sebab itu, problem solving adlah metode yang harus dikenal oleh setiap orang untuk dapat menyelesaikan maslah atau soal matematika dengan lebih sistematis, terukur, dan efisien.[3]
Ada 4 ( empat ) langkah bagaimana metode problem solving bekerja yaitu :
a.       Apa maslahnya ? What’s thr problem ?
Kita harus tau dengan pasti apa dan bagaimana soal tersebut, maka sebaiknya kita mengenal dan memahami setiap kata yang dikandung dalam soal tersebut, sehingga kita mengerti apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.
b.      Apa rencananya ? What the plan ?
Setelah kita memahami yang diketahui dan apa yang ditanyakan, maka mulailah kita menetapkan beberapa pilihan cara menyelesaikan (Strategi). Strategi bukanlah suatu solusi atau jawaban melainkan suatu jalan atau metode atau proses untuk menyelesaikan maslah sehingga kita dapat menemukan solusi atau jawaban dari maslah yang ada.
c.       Selesaikan masalah tersebut ! Try it out !
Coba selesaikan soal tersebut dengan solusi terbaik yang telah kita pilih. Jika kita berhasil menemukan solusi atau jawabannya, maka selesailah.
d.      Bagaimana hasilnya ? How did I do ?
Jika strategi terbaik kita tidak berhasil atau tidak menemukan jawabannya, periksa kembali urutan strategi dan periksa perhitungnnya, salah menghitung adalah hal sederhana yang berakibat fatal jika tidak ditemukan kesalahannya, kembalilah kedaftar strategi, kemudian pilihlah atrategi lain lau coba kita kerjakan dengan strategi tersebut.
Metode problem solving sebaiknya diberikan sejak dini. Untuk kasus soal-soal olimpiade dapat diberikan di keals 3 SD/MI tentunya dengan porsi yang sesuai, dengan harapan siswa dapat menggunakan semua kemampuan logika dan nalarnya sejak dini dalam mengerjakan dan me nyelesaikan permaslahan atau soal matematika.[4]
Dalam problem solving penggunaan rumus ditempatkan pada urutan terakhir dari strategi-strategi lainnya. Sehingga kita dituntun untuk dapat menyelesaikan soal menggunakan logika berfikir sederhana maupun kompleks dengan hanya menggunakan operasi bilangan sederhana dan rumus-rumus dasar. Beberapa strategi yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah dengan problem solving adalah :
1.      Terka dan uji ( Guess and Check )
Strategi terka dan uji adalah strategi yang paling sederhana karena proses yang dilakukan biasanya dilakukan di dalam pikiran saja dengan kecepatan, ketepatan berfikir, dan berhitung, sehingga beberapa tidak diperlukan proses mengotret atau menggambar.
2.      Membuat gambar ( Draw a Picture )
3.      Strategi membuat gambar adalah strategi yang sangat efektif bagi kita untuk dapat menggambarkan situasi soal dengan keyakinan yang besar terhadap kebenaran jawaban yang kita dapatkan.
4.      Membuat table ( Making Tabel )
Strategi membuat table adalah suatu strategi yang biasa digunakan untuk menunjukkan beberapa karakteristik yang mungkin muncul sekaligus bias digunakan sebagai bahan melihat pola yang terjadi.
5.      Mencari pola ( Look For a Patern )
Dalam soal atau masalah matematika sering ditemui suatu pola tertentu, sehingga dapat membantu kita dalam menyelesaikan soal yang dimaksud, strategi mencari pola ini biasanya digunakan untuk mencari jawaban terhadap soal yang hamper tidak mungkin dihitung secara manual. Pola dapat dianggap benar jika pola tersebut mewakili sebagian dan dapat digunakan digunakan untuk mencari urutan selanjutnya.
6.      Menyederhanakan soal ( Simpler Problem )
Strategi menyederhanakan soal adalah strategi yang paling kompleks karena, kita harus sudah dan paham dengan strategi pemechan masalah yang lainnya.
7.      Bekerja mundur ( Works Backwards )
Strategi kerja mundur adalah strategi menemukan jawaban yang dimulai dari apa yang diketahui, seperti kesimpulan atau jawaban akhir dari sebuah persamaan. Biasanya soal yang dapat diselseaikan dengan strategi ini adalah soal yang diketahui jawabannya, dan menanyakan darimana soal itu berasal.[5]
Kelebihan metode problem solving dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1.      Metode pemecahan masalah memungkinkan menghubungkan pengajaran dengan kehidupan sehari-hari, karena masalah-masalah yang diangkat dalam kegiatan belajar bias diambil dari kehidupan sehari-hari, atau dari apa yang dialaminya.
2.      Metode ini dapat merangsang kemampuan intelektual dan daya pikir peserta didik, karena dalam berfikir menggunakan problem solving mereka menyoroti permasalahan dari berbagai segi
3.      Metode ini dapat melatih dan membiasakan peserta didik untuk menghadapi dan memecahkan masalah secara cermat
4.      Metode ini mampu melatih peserta didik untuk berfikir secara sistematis dan menghubungkannya dengan masalah-maslah lainnya.
Kekurangan metode problem solving dapat dikemukakan sebagai berikut :
1.      Dengan metode ini sulit untuk menentukan masalah yang sesuai dengan daya fikir setiap peserta didik
2.      Metode ini memerlukan waktu yang cukup panjang kalau dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah sistematis
3.      Seringkali peserta didik tidak dapat menyelesaikan maslahnya sendiri, atau bahkan mereka tidak atau kurang percaya terhadap pemechan masalah yang telah dilakukannya, sehingga mereka menuntut keterlibatan guru
4.      Masalah yang dijadikan topik dalam pengajaran sering dibuat-buat oleh guru, sehingga pengajaran menjadi kurang kondusif dan kurang menarik
5.      Dalam proses pemechan masalah, guru sering menuntut peserta didik unutuk memecahkan maslah sesuai dengan yang dilakukannya, atau sudah terpola sehingga membosankan.[6]
Matematika adalah model atau penggambaran dari dunia nyata. Penggambaran suatu masalah dapat disajikan baik secara tulisan maupun lisan, dan salah satunya adalah dengan menggambarkan objek soal.[7]
Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen. Selain itu matematika juga berfungsi sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika serta sebgai alat komunikasi melalui symbol, label, grafik, dan diagram dalam menjelaskan gagasan.[8]
Adapun tujuan pembelajaran matematika adalah melatih cara berfikir sistematis, logis, kreatif, dan konsisten.[9]
Kemampuan matematika yang dipilih dalam standar kompetensi mata pelajaran mateamtika di Madrasah Ibtidaiyah dirancang sesuai dengan memerhatikan perkembangan pendidikan matematika di dunia sekarang ini. Untuk mencapai kompetensi tersebut dipilih materi-materi matematika dengan memerhatikan struktur keilmuan, tingkat kedalaman materi serta sifat esensial materi dengan keterpakaiannya dalam kehidupan sehari-hari. Standar kompetensi tersebut adalah bilanagn, pengukuran dan geometri, serta pengelolaaan data.[10]
Pengertian Prestasi Belajar Definisi Menurut Para Ahli - Prestasi belajar adalah serangkaian kalimat yang terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar, dimana kedua kata tersebut saling berkaitan dan diantara keduanya mempunyai pengertian yang berbeda. Oleh sebab itu, sebelum mengulas lebih dalam tentang prestasi belajar, terlebih dahulu kita telusuri kata tersebut satu persatu untuk mengetahui apa pengertian prestasi belajar itu. Menurut Djamarah prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok.[11]
Prestasi itu tidak mungkin diacapai atau dihasilkan oleh seseorang selama ia tidak melakukan kegiatan dengan sungguh-sungguh atau dengan perjuangan yang gigih. Dalam kenyataannya untuk mendapatkan prestasi tidak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi harus penuh perjuangan dan berbagai rintangan dan hambatan yang harus dihadapi untuk mencapainya. Hanya dengan keuletan, kegigihan dan optimisme prestasi itu dapat tercapai.
Para ahli memberikan interpretasi yang berbeda tentang prestasi belajar, sesuai dari sudut pandang mana mereka menyorotinya. Namun secara umum mereka sepakat bahwa prestasi belajar adalah “hasil” dari suatu kegiatan Wjs. Poerwadarminta berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakuakan, dikerjakan dan sebagainnya), sedangkan menurut Mas’ud Hasan Abdul Qohar berpendapat bahwa prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan yang menyenangkan hati yang memperolehnya dengan jalan keuletan, sementara Nasrun Harahap mengemukakan bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum. Dari beberapa definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang memperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individu maupun kelompok dalam bidang tertentu.[12]
Sementara belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang berkat pengalaman dan pelatihan, dimana penyaluran dan pelatihan itu terjadi melalui interaksi antara individu dan lingkungannya, baik lingkungan alamiah maupun limgkungan social.[13]
Menurut Sardiman A.M belajar sebagai rangkaian kegiatan jiwa-raga, psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.[14]
Menurut Gagne belajar adalah seperangkat proses kognitif yang merubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan tentang informasi menjadi kapabilitas baru.[15]

Faktor-faktor yang menghambat prestasi belajar siswa:
Menurut Kartono Kartini dalam Tulus Tu’u (2004:83), faktor-faktor yang menghambat prestasi belajar siswa antara lain :
a.       Penghambat dari dalam
Penghambat dari dalam meliputi :
1.      Faktor kesehatan
Siswa yang kesehatannya sering terganggu menyebabkan anak tertinggal pelajarannya. Karena itu, orang tua harus memperhatikan kesehatan anak-anaknya dengan makanan yang bergizi.
2.      Faktor kecerdasan
Siswa dengan kecerdasan yang kurang menyebabkan siswa tersebut lambat dan akan tertinggal dari teman-temannya. Hasil yang dicapai tidak optimal. Selain itu, kecerdasan sangat mempengaruhi cepat lambatnya kemajuan belajar siswa.
3.      Faktor perhatian
Perhatian disini terdiri dari perhatian di sekolah dan di rumah. Perhatian belajar di rumah sering terganggu dengan acara televisi, kondisi keluarga dan rumah sedangkan perhatian belajar disekolah sering terganggu dengan suasana pembelajaran,serta kurangnya konsentrasi. Perhatian yang kurang memadai akan berdampak kurang baik terhadap hasil belajar.
4.      Faktor minat
Minat merupakan kecenderunagn yang tinggi terhadap sesuatu.  Apabila pembelajaran yang dikembangkan guru tidak menimbulkan minat, akan membuat siswa tidak sungguh-sungguh dalam belajar sehingga hasil belajar yang dicapai tidak optimal.
5.      Faktor bakat
Bakat adalah potensi-potensi yang dimiliki seseorang yang dibawa sejak lahir. Apabila pelajaran yang diikuti tidak sesuai dengan bakat yang dimiliki, prestasi belajar yang dicapai tidak optimal.
b.      Penghambat dari luar
Penghambat dari luar meliputi :
1.      Faktor keluarga
Faktor-faktor tersebut berupa faktor orang tua misalnya cara orang tua mendididk yang kurang baik, teladan yang kurang, faktor suasana rumah yang ramai an sering cekcok; faktor ekonomi keluarga.
2.      Faktor sekolah
Faktor sekolah terdiri dari faktor metode pembelajaran, misalnya metode yang kurang variatif dan membosankan siswa; faktor hubungan antara guru dan siswa yang kurang dekat, faktor siswa, faktor guru yang kurang pengguasaan terhadap materi, faktor sarana di sekolah seperti buku-buku yang kurang, lingkungan yang ramai. Semua itu mengganggu siswa mencapai prestasi yang baik.
3.      Faktor disiplin sekolah
Disiplin sekolah yang tidak ditegakkan dengan baik akan berpengaruh negatif terhadap proses belajar anak. Misalnya siswa yang terlambat dibiarkan saja tanpa adanya hukuman.
4.      Faktor masyarakat
Faktor media massa seperti acara televisi yang mengganggu waktu belajar, faktor teman bergaul yang kurang baik, merupakan faktor yang paling banyak memepengaruhi prestasi dan perilaku siswa.
5.      Faktor lingkungan tetangga
Misalnya tetangga yang pengangguran, pencuri, penjudi, peminum merupakan lingkungan yang dapat bergaul terhadap hasil belajar siswa.
6.      Faktor aktivitas organisasi
Jika siswa mempunyai banyak aktivitas organisasi selain menunjang hasil belajar, dapat juga menganggu hasil belajar jika tidak dapat menggatur waktu dengan baik.[16]

G.    METODE PENELITIAN
1.      Setting Penelitian
            Penelitian ini dilaksanakan di MI Nurul Hidayah Juring, dengan melihat dan mengamati proses belajar dengan menggunakan metode problem solving.
4.    Sasaran Penelitian
            Sasaran penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu minimal siswa mencapai standar ketuntasan yang telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
5.    Rencana Tindakan
Prosedur penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri atas beberapa siklus. Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan pembelajaran yang ingin dicapai. Adapun tahapan siklus sebagai berikut :
1.      Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, hal-hal yang dilakukan oleh peneliti adalah:
a.       Berdiskusi dengan guru bidang studi matematika tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan.
b.      Menentukan pengajar dan observer selama penelitian tindakan kelas berlangsung
c.       Menjadwalkan pelaksanaan penelitian tindakan kelas.
d.      Menyusun  perangkat pembelajaran ( skenario pembelajaran, lembar kerja siswa (LKS), pedoman observasi, indikator ketercapaian hasil penelitian, tes akhir siklus dan kunci jawaban )
2.      Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini skenario pembelajaran  diterapkan.
3.      Observasi
                  Kegiatan observasi dilakukan secara kontinue setiap kali pembelajaran berlangsung dalam pelaksanaan tindakan dengan mengamati kegiatan siswa dan guru dengan memakai pedoman observasi.
4.      Refleksi
Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah
a.          Refleksi terhadap pelaksanaan tindakan, sesuai atau tidak pelaksanaan tindakan dengan skenario pembelajaran yang telah disusun, meliputi kegiatan membuka pelajaran, menjelaskan pelajaran dan menutup pelajaran.
b.         Refleksi terhadap sumber dan media yang digunakan. Dalam hal ini berupa LKS dan pedoman observasi.
c.          Refleksi terhadap hasil evaluasi
H.    TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1.      Metode Dokumentasi
Metode ini dilakukan dengan mengambil dokumen/ data-data yang mendukung penelitian meliputi data tentang nilai  siswa, dan sebagainya.
2.      Metode  Observasi
             Pedoman observasi ini terdiri dari pedoman observasi kegiatan siswa karena yang menjadi fokus penelitian adalah meningkatkan hasil belajar siswa. Pada pedoman observasi termuat sejumlah aktivitas yang dilakukan oleh siswa  dalam proses pembelajaran.
Pedoman Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Teknik Penilaian:
Skor 4 diberikan jika 3 deskriptor Nampak
Skor 3 diberikan jika 2 deskriptor Nampak
Skor 2 diberikan jika 1 deskriptor Nampak
Skor 1 diberikan jika semua descriptor tidak Nampak
INDIKATOR
DESKRIPTOR
KET
A. Penggunaan Model Diskusi kelompok

1. Siswa menunjukkan pengalaman belajar


2.Siswa mampu bekerjasama dengan kelompoknya masing-masing
 

3. Siswa mampu mempertanggungjawabkan hasil diskusi kelompoknya masing-masing

B. Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

1. Siswa memperhatikan pelajaran dengan seksama selama proses belajar mengajar berlangsung

2.Siswa tidak mengerjakan pekerjaan lain

3.Siswa tidak ragu-ragu dalam merespon

C.     Respon dalam pembelajaran
1.   Siswa mengajukan pertanyaan yang dianggap belum jelas

2.   Siswa berusaha menjawab dengan benar pertanyaan guru

3.   Siswa mengemukakan pendapat pada guru

D.    Aktivitas Siswa dalam diskusi Kelompok

1. Setiap siswa dalam kelompok berusaha mengemukakan pendapatnya masing-masing

2. Masing-masing siswa dalam kelompok berusaha menanggapi pendapat  dari teman kelompoknya

3.   Semua siswa saling membantu memperbaiki kesalahan jawaban teman kelompoknya


3.      Metode Tes
Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan[17]
Pada penelitian ini menggunakan tes uraian yang diberikan sebagai evaluasi hasil belajar siswa dan untuk mengetahui sejauh mana daya ingat siswa dalam mengingat materi Pecahan. Tes uraian adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari suatu pertanyaan atau suatu suruhan yang menghendaki jawaban berupa uraian-uraian yang relative panjang.[18]          
I.       TEKNIK ANALISIS DATA
             Teknik analisis data adalah suatu cara yang digunakan dalam pengolahan data yang telah terhimpun dari berbagai penelitian sehingga diperoleh informasi-informasi yang berdaya guna. Karena yang diperoleh melalui instrumen masih berupa data mentah, maka untuk menganalisis peneliti menggunakan data hasil observasi dan data daya ingat siswa dalam hal ini menggunakan standar ketuntasan belajar siswa.
1.      Data Hasil Observasi
Menghitung skor aktivitas belajar siswa diolah dengan rumus :
A =
Keterangan
A         : Skor rata-rata aktivitas siswa
    : Jumlah skor aktivitas siswa
  n         :  Jumlah siswa
I           : Banyaknya item[19]

Kriteria aktivitas belajar siswa sebagai berikut :
                       ® Sangat Aktif
MI+0,5 SDI £ A < MI+1.5 SDI ® Aktif
MI-0,5 SDI £ A < MI+1.5 SDI ® Cukup Aktif
MI-0,5 SDI £ A < MI-1.5 SDI ® Kurang Aktif
A<MI-1.5 SDI                                    ® Sangat Kurang Aktif
2.      Menentukan MI dan SDI
      Untuk aktivitas siswa  skor maksimal adalah 4 dan skor minimal adalah 1
MI       = (skor maksimal + skor minimum)
SDI     = (skor maksimum-skor minimum)
Keterangan      :
MI       : Mean ideal
SDI     : Standar Deviasi Ideal


Tabel 3
Pedoman Skor Standar Aktivitas Belajar Siswa
Interval
Kategori
2,66
1.99
A
Sangat aktif
Aktif
Cukup aktif
Kurang aktif
Sangat kurang aktif

3.      Data Hasil Tes 
            Untuk mengetahui peningkatan daya ingat siswa, menggunakan analisa statistic sederhana, yaitu dengan analisa deskriptif. Analisis deskriptif adalah model analisa dengan cara membandingkan rata-rata persentasenya, kemudian kenaikan rata-rata pada setiap siklus. Peningkatan daya ingat siswa diukur dengan menggunakan ketuntasan belajar siswa. Disini yang dianalisa yaitu tentang hasil evaluasi akhir pada setiap siklus.
            Dari hasil evaluasi akhir tersebut, dapat ditafsirkan tentang ketuntasan belajar siswa. Dalam penelitian ini untuk ketuntasan belajar siswa perorangan maupun klasikal digunakan pedoman ketuntasan siswa sebagai berikut :
4.      Ketuntasan Perorangan
            Seorang siswa dikatakan berhasil (mencapai ketuntasan) belajar bila telah mencapai tarap penguasaan minimal 60% atau dengan nilai 60. Bagi siswa yang taraf penguasaannya kurang dari 60% diberikan remidi pada pokok bahasan yang belum dikuasai, sedangkan bagi siswa yang telah mencapai penguasaan 60% atau lebih dapat   melanjutkan ke pokok bahasan berikutnya.
5.      Ketuntasan Klasikal
            Suatu kelas dikatakan telah berhasil ( mencapai ketuntasan belajar ) jika paling sedikit 85% data jumlah siswa dalam kelas tersebut telah mencapai ketuntasan perorangan dengan ketuntasan sebagai berikut :
a. Apabila sudah terdapat 85% dari jumlah siswa keseluruhan dalam kelas yang mencapai tingkat ketuntasan belajar maka kelas tersebut dapat melanjutkan kegiatan pada satuan pembelajaran berikutnya.
b. Apabila jumlah siswa yang mencapai tingkat ketuntasan belajar masih kurang dari 85% maka
1)      Siswa yang taraf penguasaannya kurang dari 60% harus diberi program perbaikan mengenai bagian-bagian pelajaran yang belum dikuasai
2)      Siswa yang telah mencapai taraf penguasaanya 60% atau lebih dapat diberikan program pengayaan.[20]
c. Untuk mengetahui persentase keberhasilan tindakan kelas adalah sebagai berikut :
Keterangan       :
P           : persentase ketuntasan klasikal
R           : jumlah siswa yang mendapat
T           : jumlah siswa
              Patokan untuk menyatakan bahwa siswa mempunyai daya serap tinggi dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif  tipe Sudent Team Achievement Division adalah siswa mempunyai daya ingat  atau mencapai standar ketuntasan t adalah minimal 85% yang nilainya dan jika  maka belajar belum dikatakan tuntas atau belum meningkatnya daya serap siswa.

DAFTAR PUSTAKA
1.      Irzani. Pembelajaran Matematika Panduan Praktis Untuk Pengajar SD dan MI. Banguntapan Bantul Yokyakarta:Mandiri Graffindo Press,2010.
2.      Tabrani Rusyan. Cara pembelajaran matematika seri I. Semarang:PT Bengawan Ilmu,2008
3.      Tabrani Rusyan. Cara pembelajaran matematika seri II. Semarang:PT Bengawan Ilmu,2008
4.      Djamarah. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya : Usaha Nasional. 1994
5.      Hadian. Cerdas olimpiade matematika 1 tingkat SD/MI. Surabaya : Al Maktabah,2008
6.      Hamalik. Manajemen Belajar di Perguruan Tinggi.Bandung : Sinar Baru,1991
7.      Sardiman. Interaksi dan Motivasi Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada,1994
8.      Nurkencana dan Sumartono. Belajar dan Faktor- faktor yang Mempengaruhinya Surabaya: Usaha Nasional, 1990


[1] Cornelius dalam Remiati ,”Pengaruh Kemampuan Menentukan Faktor Bilangan BulatTerhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Aljabar Bentuk Akar Pada Siswi Kelas X MA Putri NW Narmada Tahun 2008/2009” (Skripsi, IAIN Mataram, 2007 ),h.1

[2] Irzani,Pembelajaran Matematika (Banguntapan Bantul Yogyakarta:Mandiri Graffindo Press,2010),h.7
[3] Hadian,Cerda Olimpiade Matematika Buku 1(Surabaya:Al-Maktabah,2008),h.3
[4] Ibid.h.4
[5] Ibid.h.8
[6] Tabrani Rusyan,CaraPembelajaran Matematika Seri 2(Semarang:PT.Bengawan ilmu,2008),h.5
[7] Ibin. h.20.
[8] Tabrani Rusyan,Cara Pembelajaran Matematika Seri 1 (Semarang:PT.Bengawan Ilmu,2008),h.5
[9] Ibid.h.5
[10] Ibid,h.9
[11]  Djamarah. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. (Surabaya : Usaha Nasional. 1994) Hl 20
[12] Ibid.h.19-21
[13] Hamalik. Manajemen Belajar di Perguruan Tinggi.(Bandung : Sinar Baru.1991).h.16
[14] Sardiman. Interaksi dan Motivasi Mengajar.(Jakarta : Raja Grafindo Persada.1994), h. 22-23
[15] (Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta. 1999 Hlm 10)
[16] Tu’u,Tulus.Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa.(Jakarta:Rineka Cipta.2004).h.83
[17] Nurkencana dan Sumartono. Belajar dan Faktor- faktor yang Mempengaruhinya (Surabaya: Usaha Nasional, 1990) h. 54
[18] Ibid.h. 48
[19] Juliana,” Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Dua Tinggal Dua Tamu dalam Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Pokok Bahasan Faktorisasi Suku Aljabar Siswa Kelas VIII SMPN I Pringgabaya Lombok Timur Tahun Pelajaran 2006/2007”( Skirpsi IAIN Mataram, 2007), h.20
[20] file://localhost/C:/Documents and Settings/user/Documents/hasil ngenet/Official Website SMA Negeri Blitar PTK Matematika SMA BAB 3.mht